Stanley Setia Atmadja, Dari Managing People ke Managing Mindset

Bagi Stanley Setia Atmadja, penobatan dirinya sebagai salah satu The Best CEO 2009, hasil survei Majalah SWA, Dunamis dan Synovate ini bukan semata-mata karena kinerja dirinya, tetapi juga karena dukungan dari seluruh tim dan organisasi PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (Adira).

Memang, menurut Chief Executive Officer Adira ini, dirinya selalu berupaya membawa perusahaannya itu agar selalu berkineja baik dari waktu ke waktu. Dan, yang terpenting bagi kelahiran Jakarta 24 Agustus 1956 ini, Adira telah memiliki proses, strategi yang benar serta hasil yang dilihat oleh pihak eksternal. “Penghargaan ini membuat kami harus menjadi lebih tahan masalah dan lebih berhati-hati lagi,” katanya. Makanya, setiap tahun manajemen Adira selalu membuat tema yang berbeda untuk menjalankan strategi-strategi perusahaan. “Tema tahun ini adalah Striving for The Best,” ia mengungkapkan.

Terkait perannya sebagai perintis, penyelaras, pemberdaya dan panutan dalam perusahaan –yang jadi parameter survei ini, Stanley mengatakan, ketika perusahaan telah berjalan, maka fungsi perintis tersebut tampaknya sudah tidak terlihat lagi. Namun, dalam pelaksanaan fungsi perintis tersebut, Stanley menjalankan strategi lima tahunan. Seperti tahun 2008-2012, yang merupakan periode ketiga strategi lima tahunan itu dijalankan.

Strategi lima tahunan itu dirancang berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) atau sesuai dengan target utama yang ingin dicapai. Sebagai contoh, ketika 10 tahun yang lalu Adira ingin lebih ‘menjamur’ di pasar, maka hal itu direalisasikan dengan menambah jumlah cabang yang banyak. ”Hingga hari ini cabang Adira telah menjadi 315 cabang di seluruh Indonesia, kecuali Papua,” katanya.

Selain menambah cabang, Stanley juga mengantisipasi motivasi dari para karyawannya yang cenderung sangat bersemangat menghadapi tantangan dalam bekerja. “Kalau tidak ada tantangan apa-apa, orang cenderung akan bosan, karena banyak orang yang menyukai tantangan baru. Jadi, harus dipikirkan pula semangat para karyawan, jangan sampai mereka mencari tantangan baru dengan pindah ke tempat lain, motivasinya jadi menurun dan tidak berkonsentrasi dalam bekerja karena bosan,” ujar Stanley.

Karena itu, di periode 5 years plan yang ketiga ini, Stanley mencanangkan strategi baru, yaitu spider web strategy. Strategi ini dirancang setelah melihat banyaknya pelanggan Adira dan jumlah cabangnya yang telah tersebar hampir di seluruh Indonesia. Karena itu, Stanley pun mengajak timnya untuk berkonsentrasi mengembangkan strategi community. Strategi ini diberi nama spider web karena merujuk pada perilaku laba-laba yang membuat jaring dan apa pun yang masuk ke jaring tersebut tidak dapat keluar lagi. Analoginya adalah, pelanggan Adira harus terus menjadi pelanggan Adira dan tidak beralih ke perusahaan multifinance lainnya.

Salah satu cara yang dijalankan perusahaan ini adalah membentuk Adira Club Member (ACM), yaitu sebuah kartu bagi pelanggan Adira. Dengan memiliki kartu ini, pelanggan Adira dapat memperoleh berbagai keistimewaan dan ikut dalam kegiatan yang diselenggarakan Adira. Bahkan ke depan, bisa mendapatkan fasilitas Kredit Tanpa Agunan (KTA). Ditargetkan anggota ACM ini adalah seluruh pelanggan Adira yang berjumlah 3 juta orang. “Di situlah saya menjalankan peranan sebagai perintis. Jadi para karyawan selalu merasa ada kesibukan dan tantangan baru,” Stanley menegaskan.

Selain itu, fungsi perintis lain yang juga dilakukan Stanley adalah dengan melemparkan ide mengenai pertumbuhan anorganik bagi Adira. Pertumbuhan anorganik ini dapat dilakukan misalnya dengan mengakuisisi perusahaan lain. Hal ini pada akhirnya juga akan menumbuhkan tantangan baru dan motivasi kerja bagi para karyawan Adira.

Sementara itu, terkait fungsinya sebagai penyelaras dan pemberdaya, Stanley menilai pada akhirnya hal-hal itu berujung pada kepemimpinan. “Saya secara konsisten dan secara prakteknya melakukan apa yang saya katakan leadership principal,” ia berujar lagi. Stanley menjalankan perusahaan berdasarkan lima prinsip kepemimpinan yang terdiri dari trust, respect, empowerment, reward dan punishment.

Trust sangat penting karena jika telah ada perasaan saling percaya, tim akan kompak. Akan tetapi, percaya saja tidak cukup. Adanya trust jika tidak diiringi respect juga akan menimbulkan konflik dan masalah lainnya. Sementara, jika trust dan respect itu ada, lalu orang tersebut diberikan empowerment, perasaan orang yang diberi empowerment itu tentu akan senang dan bangga. “Dia akan berpikir ‘I have to do my best’,” Stanley menambahkan.

Namun, dalam pelaksanaannya bisa saja berhasil ataupun tidak berhasil. Jika keberhasilan dan tidak berhasil tidak diberi kompensasi apa-apa, orang tidak akan termotivasi. Untuk itu, diperlukan reward dan punishment. Itulah yang membuat seseorang menjadi profesional sebagai seorang pemimpin. Seseorang tidak bisa menjadi pemimpin yang baik jika ia hanya bisa memberi reward saja atau memberi punishment saja. “Di situlah fungsi saya sebagai penyelaras dan pemberdaya dijalankan dengan 5 prinsip itu,” ia menegaskan lagi.

Sementara, terkait dengan perannya sebagai panutan di perusahaan, Stanley menceritakan, sebenarnya pada awalnya ia sebagai owner – operator. Ia sebagai pendiri dan juga sebagai pemegang saham Adira Finance. Dalam rangka menjalankan peranannya sebagai panutan di perusahaan, Stanley berusaha untuk tampil sebagai sesama profesional dengan para tenaga-tenaga profesional di Adira. Saya tampil seakan-akan saya bisa dipecat dan mereka juga bisa dipecat. Jadi, mereka tidak takut menyanggah pendapat saya. Sampai hari ini pun saya selalu mengikuti peraturan perusahaan, ada limit yang saya ikuti,” ia menerangkan. Misalnya, Stanley tidak mau ada conflict of interest karena di dalam perusahaan ada keluarganya.

Lulusan Master of Business Administration dari University of La Verne AS ini selalu menanamkan wisdom-nya terkait kesuksesan. Jika melihat perjalanan karier yang sukses, maka wisdom Stanley adalah jangan pernah terbuai dengan kesukesan masa lalu. “Itulah yang selalu saya katakan kepada semua orang. Kita sering ketemu orang yang selalu bilang, dulu saya begini dan begitu. Hidupnya di zaman dulu, padahal sekarang sudah berbeda,” ia menuturkan.

Stanley menyukai sebuah kata-kata yang bagus yang dibacanya dalam sebuah buku, yaitu seduce by success dan when almighty falls. “Jadi kita ini harus mensyukuri dan merayakan kesuksesan, tapi tidak hidup dalam kesuksesan masa lalu. Kita harus selalu melihat ke depan. How to maintain and sustain kesuksesan kita itu lebih penting dari pada hidup di masa lalu. Menjadi sukses itu sulit, tapi menjaga kesuksesan itu lebih sulit. Itulah filosofi saya yang selalu saya sampaikan kepada tim di Adira,” katanya memaparkan.

Selain itu, Stanley juga selalu berpesan kepada setiap karyawan yang memperoleh promosi, agar dia tidak memperlakukan dirinya sebagai bos. Karyawan dipromosikan bukan untuk menjadi bos, tapi untuk melayani atau men-support para bawahannya. Yang namanya pemimpin itu harus dapat melayani, bukan hanya meminta laporan dan memarahi bawahannya jika tidak mencapai target tanpa melakukan apa-apa. Orang itu harus memberikan kontribusi, misalnya dengan membukakan link atau jaringan ke target pasar, seperti memperkenalkan bawahan ke calon klien agar nantinya sang bawahan dapat melakukan penjualan dengan lebih mudah.

Selanjutnya, kolektor mobil klasik ini juga selalu mengingatkan sang karyawan yang dipromosikan agar ia ‘make sure’ bahwa ia bisa ‘menjual diri’, yang artinya ia bisa diterima oleh tim. Dan, ini berarti mereka harus menunjukkan kemampuannya dan kompetensinya untuk menjadi team player. “Bukan hanya jadi tukang perintah, tukang kontrol, tukang minta report. Promosi ini bukan untuk membuat mereka berubah, tapi justru harus membuat mereka menjadi lebih wise. Itu bagian dari edukasi bagi semua orang,” ia menegaskan lagi.

Dirasakan Niko Kurniawan B, GM Divisi Pemasaran, bahwa Stanley adalah sosok pemimpin yang sangat mempercayai karyawannya. Ia memang tidak mendelegasikan pekerjaan ke semua orang, tapi ia mengetahui kepada siapa ia harus mendelegasikan. Ia pun percaya, support dan mendayagunakan para karyawannya. Stanley juga selalu memiliki solusi-solusi simple untuk masalah-masalah yang dihadapi. “Kami memang harus banyak belajar dari Pak Stanley,” ujar Niko.

Sekarang, Stanley mengaku kalau dirinya telah meninggalkan konsep managing people. Ia sudah beralih ke konsep managing mindset. Managing people akan dapat dilakukan jika jumlah karyawan hanya ratusan orang, tapi akan sulit dilakukan jika jumlah karyawannya sudah mencapai ribuan orang. “Karyawan Adira yang jumlahnya mencapai 13.600 orang di seluruh Indonesia itu harus merasakan bahwa mereka memiliki seorang CEO. Caranya dengan managing mindset,” kata mantan Direktur PT Citicorp Leasing Indonesia ini.

Karena itu, Stanley menginginkan bentuk organisasi di Adira seperti kue lapis. Lapis pertama adalah dirinya, berikutnya adalah para direksi, dan berikutnya lagi adalah para deputy director, lalu division head dan seterusnya. Lapis yang satu dengan yang lainnya saling menempel, sehingga pesan yang disampaikan antara tingkatan satu dengan yang lainnya tidak ada perubahan.

Ia menyadari bahwa tidak mungkin menjangkau semua karyawan. Ia mungkin hanya dapat menjangkau tiga tingkatan ke bawah. Tiga lapis ke bawah itulah yang dapat ia ajak berdiskusi, berkomunikasi dengan baik dan sebagainya, dan jumlahnya hanya seratusan orang. “Saya berusaha me-manage mindset mereka. Dan itu ada prosesnya. Dari situ saya mengetahui bahwa setiap orang memiliki IQ, EQ dan ESQ. Tapi apakah perusahaan menyadari itu?” ujar ayah dua anak ini. Makanya perusahaan ini selalu memberikan training IQ, EQ dan ESQ.

Jika karyawannya sudah memiliki semua itu, perusahaan jadi memilikinya juga. Perusahaan jadi memiliki visi yang harus dilakukan dengan strategi, yang mana strategi harus memiliki nilai-nilai. Pasalnya, visi tanpa nilai akan menghalalkan segala cara, dan visi tanpa strategi tidak akan tercapai. “Jadi kalau sudah ada visi, sudah ada strategi dan orangnya punya values, pasti ada result. Pada proses dan people, masing-masing ada PDCA (Plan, Do, Check, Action) sendiri. Begitulah cara managing mindset. Dengan begitu meskipun orangnya jauh ia merasa memiliki seorang CEO,” Stanley menjelaskan.

Dengan sejumlah strategi di atas, pihaknya menginginkan kenaikan pangsa pasar hingga menjadi lebih dari 20%. Saat ini Adira baru menguasai sekitar 15% pangsa pasar. Sedangkan pertumbuhan perusahaan secara profit per tahunnya mencapai 50% per tahun.

Dalam pandangan Marwoto Soebiakno, Direktur Pembiayaan Sepeda Motor Adira, secara umum gaya kepemimpinan Stanley bagus, terutama dalam hal SDM, iklim kerja, kultur perusahaan dan sebagainya. Stanley dinilai mampu bertransformasi dari seorang entrepreneur hingga membangun sebuah organisasi besar dan tim yang solid.

Stanley juga mampu mengelola people dan menerapkan koordinasi dengan baik serta melihat chemistry dari seseorang. Akhirnya, memberikan trust sampai meng-empower orang tersebut. Ia juga sangat menghargai karyawannya. “Mungkin di waktu-waktu biasa dia percaya pada anak buah dan tidak banyak involve, tapi ketika terjadi krisis ia masuk dengan cukup detail,” kata Marwoto yang sudah 12 tahun mengenal Stanley.

Selain itu, ada saat-saat tertentu ketika tekanan kerja sedang cukup banyak tiba-tiba para karyawan diajak ke rumahnya untuk makan malam bersama. Stanley juga tipe pemimpin yang tidak segan mengatakan, ‘mungkin saya salah’. Demikian saat kunjungan ke daerah, ia pun sering menceritakan pengalamannya kepada para karyawan di daerah. “Ia selalu menekankan bahwa karir adalah nomor satu, dan uang pasti belakangan akan mengikuti. Hal ini untuk memotivasi agar tidak ada korupsi dans ebagainya,” ujar Marwoto.

Bagi TP Rachmat, mantan CEO PT Astra Internasional Tbk, kekuatan utama Stanley sebagai seorang CEO ada dua. Yang pertama, ia dapat membuat bawahannya merasa tenang bekerja bersamanya dan ia memberikan kepercayaan bagi anak buahnya tersebut. Selain itu, Stanley juga merupakan pemimpin yang bersikap sangat membela kepada anak buahnya. “Jadi anak buah Stanley dapat merasa nyaman dan mendapat lingkungan kerja yang enak, sehingga pada akhirnya mereka dapat berkembang dengan baik,” ujar Teddy, sapaan akrab TP Rachmat.

Yang kedua, Stanley piawai membawa citra perusahaan di luar. Teddy juga berpendapat bahwa Stanley seorang negosiator yang sangat baik. “Pada dasarnya Stanley adalah orang yang tidak terlalu keras, tapi dia perform, dia tahu apa yang dia mau. Perusahaan pembiayaan yang terbaik menurut saya, ya Adira Finance. Bukan karena Adira pernah jadi perusahaan saya, tapi karena, menurut saya, yang membesarkan Adira Finance sejak dulu adalah Stanley. Yang membuat Adira besar adalah Stanley. Dia membentuk tim yang kuat dengan Ibu Erida, Pak Marwoto, Pak Hafid dan sebagainya,” Teddy menerangkan panjang lebar.

Semua itu karena Stanley mampu menjalankan lima prinsip kepemimpinan yang dianutnya, yaitu trust, respect, empowerment, reward dan punishment, sehingga ia berhasil menjadi salah satu CEO terbaik di tahun ini.

Dede Suryadi dan Kristiana Anissa
Riset: Ratu Nurul Hanifah

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.