Sangat banyak asuransi kesehatan yang dipasarkan dengan beragam manfaat perlindungan dan sejumlah iming-iming agar nasabah tertarik. Namun, nasabah perlu jeli memilihnya. Bagaimana kiatnya?
Oleh : Dede Suryadi
Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi ke depan. Misalnya, kondisi kesehatan. Hari ini segar bugar, besok atau lusa bisa saja ada sesuatu yang terjadi sehingga harus masuk rumah sakit. Memang, tak seorang pun mengharapkan dirinya sakit. Namun, kondisi seperti itu perlu diantisipasi, terlebih biaya rumah sakit tidaklah murah, bisa membobol kantong.
Nah, asuransi kesehatan bisa menjadi salah satu pilihan untuk mempersiapkan kebutuhan biaya kesehatan. Tak sulit mencari asuransi jenis ini karena hampir setiap perusahaan asuransi jiwa memasarkannya, baik untuk perorangan (ritel) maupun perusahaan (kumpulan). Yang jadi masalah, bagaimana memilih asuransi kesehatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai salah pilih, sehingga tak sesuai dengan harapan ketika mengajukan klaim nantinya.
Aidil Akbar Majid, perencana keuangan, mengatakan bahwa pada prinsipnya asuransi kesehatan terbagi menjadi dua jenis, yaitu rawat jalan dan rawat inap, yang dipasarkan secara ritel dan kumpulan. Namun, sepengetahuannya, hingga saat ini belum ada asuransi rawat jalan yang bisa dibeli oleh individu sebab yang ada saat ini baru dijual melalui asuransi kumpulan. Artinya, bila ingin memiliki asuransi rawat jalan, seseorang harus melalui kantor tempat di mana ia bekerja.
Menurut Aidil Akbar, memilih produk asuransi harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing nasabah. Contohnya, jika Anda sering bepergian ke luar kota atau luar negeri, carilah perusahaan asuransi yang memiliki jaringan atau cakupan yang bisa menutup klaim di seluruh Indonesia atau seluruh dunia. Lalu, cari tahu berapa besar perlindungan yang akan diberikan jika ada kebutuhan karena sakit atau harus dirawat, serta lihat premi asuransinya dan seberapa cepat pembayaran klaim, terutama untuk sistem reimbursement.
Apa yang dikatakan Aidil Akbar perlu diperhatikan karena produk asuransi kesehatan sudah banyak dipasarkan dan persaingannya pun lumayan ketat. Bagi perusahaan asuransi, menggarap produk ini memang cukup menjanjikan karena potensinya masih sangat besar, sekaligus menjadi tantangan tersendiri karena masyarakat yang mengetahui dan memiliki asuransi kesehatan belumlah banyak jika dilihat dari jumlah penduduk negeri ini. Ini sangat terkait dengan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi sehingga masih perlu diedukasi. Seperti diungkap Ahmir Ud Deen, Direktur Pengelola Employee Benefits PT Allianz Life Indonesia, saat ini dari setiap 100 penduduk Indonesia baru dua orang (2%) yang memanfaatkan asuransi kesehatan. Bahkan meski asuransi jiwa berkembang pesat dalam lima tahun terakhir ini, baru 14%-15%-nya yang memiliki asuransi.
Namun, kalau dilihat angkanya, asuransi kesehatan tak bisa dianggap remeh. Tahun lalu, seperti diperkirakan Agus Edi Sumanto, Direktur Pemasaran PT Asuransi Takaful Keluarga, volume pasarnya mencapai Rp 1,5 triliun. Dari nilai itu, asuransi korporat merupakan penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan produk asuransi ini. Maka, dengan kondisi itu, perusahaan asuransi berlomba-lomba membuat produk yang berupaya mampu menarik nasabah. Apalagi, produk asuransi kesehatan pada dasarnya tailor made yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Dan, kalau diperhatikan, produk asuransi kesehatan pada dasarnya sama. Hanya saja, setiap perusahaan asuransi menambah manfaat produk yang ada sesuai dengan permintaan nasabah.
Allianz, misalnya, saat ini memiliki dua jenis produk asuransi kesehatan yang dibedakan untuk target pasarnya: Smart Health Violet untuk perorangan serta Premier dan Sapphire untuk kumpulan. Untuk kumpulan ada dua jenis produk. Pertama, indemnity, produk dengan batasan penggantian sebesar batas maksimum dari manfaat yang menjadi hak peserta. Kedua, produk dengan sistem penggantian penuh sesuai dengan tagihan rumah sakit sampai batas maksimum tahunan yang menjadi hak peserta.
”Keunggulan produk Allianz ini mampu menjawab kebutuhan pasar berdasarkan risiko kesehatan yang sebenarnya,” ujar Ahmir. Artinya, perusahaan ini membagi dengan jelas setiap produk berdasarkan risikonya. Dengan konsep inilah, Allianz membuat suatu rumusan perhitungan premi yang sesuai dengan risiko itu sendiri, sehingga nasabah membayar premi sesuai dengan risiko yang kemungkinan terjadi di kemudian hari, tidak lebih dan tidak kurang.
Bicara strategi, Ahmir lebih percaya bahwa bukan produk asuransi kesehatan yang terbaik yang bisa memenangi pasar, tapi bagaimana perusahaan itu bisa memenuhi janjinya kepada nasabah. Inilah produk asuransi yang sebenarnya. ”Dengan strategi seperti ini, kami yakin pertumbuhan premi asuransi kesehatan Allianze akan mencapai Rp 240 miliar atau naik 40% dibanding perolehan premi pada tahun lalu.”
Tak berbeda dari Allianz, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (AJMI) juga memiliki produk asuransi yang mencakup seluruh kebutuhan akan perlindungan kesehatan, seperti rawat inap, rawat jalan, melahirkan, gigi dan kacamata. Keunggulan produk yang lebih banyak menyasar nasabah korporat ini adalah diciptakan secara fleksibel serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan banyak perusahaan, seperti dari sisi manfaat untuk masing-masing karyawan dan dalam hal terjadi risiko kesehatan.
Perkembangan produk asuransi kesehatan saat ini telah maju pesat. Karena itu, kata Aldi Rinaldi, Asisten Direktur Distribusi Korporat AJMI, perusahaannya mengikuti perkembangan itu dengan selalu meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya yang sampai Mei 2006 mencapai 267.484 peserta perorangan dan 3.022 perusahaan “Produk yang kami tawarkan dapat mengakomodasi seluruh market yang ada, mulai dari perusahaan kecil yang hanya memiliki karyawan minimum 10 orang sampai dengan perusahaan besar, dengan tidak membedakan kualitas pelayanan,” ungkap Aldi.
Asuransi Takaful juga tak ketinggalan. Asuransi ini mempunyai beragam asuransi kesehatan syariah yang ditawarkan bagi nasabah ritel dan korporat. Seperti dijelaskan Agus Edi Sumanto, Direktur Pemasaran PT Asuransi Takaful Keluarga, untuk nasabah ritel produk yang ditawarkan adalah Cash Plan dan Family Care (untuk keluarga) dengan manfaat memberikan santunan rawat inap di rumah sakit dengan maksimal perlindungan selama 365 hari. Lalu, Hospitalization: santunan yang diberikan berdasarkan limit yang dimiliki si nasabah.
Sementara untuk pasar korporat diberi nama Full Medicare. Diakui Edi, asuransi kumpulan menjadi andalan perusahannya. “Tahun lalu, 95% atau senilai Rp 18 miliar perolehan premi dari asuransi kumpulan, sedangkan ritel baru 5% atau Rp 1 miliar,” ujarnya. Ia menjelaskan, pertumbuhan produknya itu rata-rata mencapai 75% setiap tahun. Bahkan, tahun ini ditargetkan tumbuh sekitar 100% atau Rp 35 miliar.
Asuransi kumpulan Takaful minimal menampung 25 orang dalam satu perusahaan. Seperti tahun lalu, Takaful mampu menggaet perusahaan agrobisnis asal Malaysia, Minamas, yang memiliki 30 ribu karyawan dan semua menjadi nasabahnya. Namun dalam perjalannya, guna menampung keinginan nasabah, Takaful baru saja mengeluarkan asuransi kumpulan dengan jumlah karyawan 5-24 orang yang disebut minigroup. “Produk ini sangat potensial untuk menjaring perusahaan kecil dan menengah,” kata Muhammad Zamachsyari, AVP Underwriting & Claims Takaful. Apalagi, yang memasarkan asuransi kesehatan syariah belum banyak, meski asuransi syariah telah bermunculan .
Yang berbeda adalah PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life), yang saat ini hanya memiliki produk asuransi kesehatan yang berfungsi sebagai riders (asuransi tambahan). Terdapat beberapa riders yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan produk rawat inap, pembedahan dan penyakit kritis. Keseluruhan produk riders ini ditujukan untuk memberikan manfaat perlindungan yang lebih komprehensif atas produk asuransi jiwa yang dimiliki nasabah. “Produk riders ini difokuskan untuk pasar asuransi jiwa individu karena Sun Life Financial Indonesia belum berekspansi ke pasar asuransi jiwa kelompok. Tapi kami berencana memasukinya,” ujar Barry Halpern, Presdir Sun Life.
Produk asuransi kesehatan yang berfungsi sebagai riders ini dapat menyumbang sekitar 48% terhadap total premi yang berhasil dikumpulkan perusahaan. ”Sampai akhir 2005, jumlah total premi kami mencapai Rp 613 miliar. Angka ini naik 73% dari tahun 2004. Sedangkan untuk total premi baru, kami berhasil mencatat kenaikan 121% menjadi Rp 444 miliar,” kata Barry.
Beberapa dari sekian banyak produk asuransi kesehatan yang ditawarkan kadang membuat bingung calon nasabah atau nasabah yang ingin mengganti asuransi kesehatannya. Nah, kembali Aidil Akbar memberikan tip. Pertama, lihat perbandingan antara manfaat yang didapatkan dan premi yang harus Anda bayar dengan membandingkan perusahaan asuransi satu dengan yang lain secara apple to apple. Kedua, lihat persyaratan lindungan (coverage). Ketiga, lihat sakit atau penyakit apa saja yang tidak dilindungi (exclusion). Kemudian, keempat, bila terdapat deductible (biaya sendiri), hitung seberapa besar deductible yang dikenakan dan bandingkan dengan penghematan/pengurangan harga preminya. Kelima, tanyakan ke rumah sakit dekat rumah/kantor atau tempat dokter Anda/dokter anak Anda berpraktik, perusahaan asuransi mana yang membayar klaim ke rumah sakitnya paling cepat. Ini akan menentukan tingkat layanan rumah sakit kepada Anda.
Kemudahan mencairkan klaim adalah hal yang terpenting dalam bisnis asuransi, apalagi asuransi kesehatan. Untuk memperlancar proses pencairan klaim, nasabah perlu melengkapi informasi dan data yang detail dari rumah sakit sebagai bukti perawatan. Sementara pihak ketiga, seperti rumah sakit, juga berperan baik langsung maupun tidak langsung atas kelengkapan informasi dan data nasabah. Pada dasarnya, kerja sama antara nasabah, perusahaan asuransi dan pihak-pihak yang terlibat akan membuat proses klaim berjalan dengan efektif dan efisien.
Di pihak lain, penjual (agen) perlu memberikan penjelasan yang detail dan memadai tentang produk yang ditawarkan. Produk keuangan, khususnya asuransi, mempunyai tampilan dan bentuk yang beragam (manfaatnya), meskipun pada dasarnya sama. “Nasabah sering terkecoh dengan sejumlah benefit yang kelihatannya menguntungkan,” Aidil Akbar mewanti-wanti. Yang juga diperlukan, mengetahui dan memiliki informasi yang cukup mengenai kemampuan dan kinerja perusahaan asuransi. Karena bisnis asuransi adalah bisnis janji, kinerja perusahaan asuransi akan sangat menentukan dalam memenuhi janjinya kepada nasabah.
Published on Majalah SWA, 10 Juli 2006