Berburu Saham Perdana

Demi memburu keuntungan membeli saham di pasar perdana, para investor rela membayar joki untuk mengantre pembelian saham. Untungnya memang menggiurkan.

Dede Suryadi

Tak sia-sia Andi membayar jasa joki untuk mendapatkan formulir saham pada saat PT Adaro Energy akan melakukan initial public offering (IPO). Dengan menyewa jasa joki Andi tak perlu repot-repot harus berjibaku dalam antrean panjang yang melelahkan. Setelah formulir didapat, dia tinggal memesan seberapa besar saham Adaro yang diinginkannya.

“Karena waktu itu, saham Adaro kontroversial, saya membeli tak banyak, hanya 2 lot dengan harga Rp 1.100/lembar,” katanya mengungkap pengalamannya tahun 2008 saat IPO Adaro dilakukan (Juli).

Saat itu, jumlah saham Adaro yang dijual sebanyak 11,139 miliar lembar atau 34,83% dan meraup dana Rp 12,3 triliun. Proses IPO Adaro ini didukung sepenuhnya oleh UBS AG, Morgan Stanley dan DBS Bank selaku International Placement Agents beserta seluruh anggota sindikasi penjamin emisi yang mencapai hingga 49 Anggota Bursa.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, dana yang diraup Adaro dari hasil IPO itu merupakan yang tertinggi di tahun 2008. Bahkan, disebut-sebut sebagai yang tertinggi dalam sepanjang sejarah bursa di negeri ini.

Nah, pada saat saham batu bara itu diperdagangkan pertama kali di BEI, harga saham berkode ADRO ini langsung melejit menjadi Rp 1.400/lembar. Maka pada saat hari pertama pencatatan saham itulah Andi pun melepas semua saham Adaronya.
Andi memang mengharapkan capital gain dengan menjual sahamnya itu. Kalau dihitung, Andi dalam waktu singkat mampu meraup keuntungan Rp 300 ribu. Perhitungannya 2 lot (1.000 lembar saham) dikalikan Rp 300 (Rp 1.400-1.100). Setelah hari pertama dicatatkan di bursa itu, saham Adaro pun turun. Dalam perjalanannya, saham perusahaan yang dipimpin Boy Thohir mengalami fluktuasi dan per 30 Januari 2010 harganya sudah bertengger di harga Rp 1.890/lembar.

Tentu saja, jasa joki yang diminta Andi itu tidaklah gratis. Andi harus membayar jasa joki hingga formulir pemesanan saham Adaro didapatkannya. “Soal fee buat joki itu berbeda-beda, tergantung hasil nego dengan mereka,” katanya seraya menceritakan, dirinya hanya membayar Rp 40 ribu untuk mendapatkan formulir saham tersebut.
Biaya untuk membayar jasa joki memang tidak ada pasarannya. Itu bergantung pada saham yang akan IPO. Kalau perusahaan yang akan IPO itu memiliki prospek bagus, jasa hokinya semakin mahal. Pasalnya kalau prospek saham itu bagus, calon investor peminat saham tersebut akan semakin banyak. Ini bisa dilihat dari semakin panjangnya antrean untuk mendapatkan formulir pemesanan saham.

Biasanya joki ini datang sendiri ke tempat penjualan saham perusahaan yang akan IPO dan ketika ada calon investor yang datang ke tempat penawaran saham, mereka akan dengan sigap menawarkan jasanya, Di situlah akan terjadi deal antara calon investor dan joki. Bahkan tak sedikit, dikatakan Andi, pada formulir pemesanan itu tercantum nama joki. Namun nanti, ketika ada penjatahan saham, joki akan memberi surat kuasa mengalihkan pada calon investor yang menyewanya.

Selain joki, yang biasa juga ikut meramaikan ketika perusahaan akan IPO adalah bandar. Mereka biasanya akan memborong saham yang akan IPO atau mengoordinasi para joki. Joki biasanya tidak terlalu paham soal pasar modal, tetapi kalau bandar tergolong cukup paham seluk-beluk pasar modal. “Para bandar bisa memborong seperti itu karena biasanya ada kerja sama dengan orang dalam di sekuritas yang menjadi penjamin emisi perusahaan yang akan IPO,” kata Andi menginformasikan.

Malah bandar inilah yang ditengarai akan memainkan harga saham ketika saham yang IPO itu pertama kali dicatatkan di bursa. Andi sendiri mengaku, saat pertama kali saham itu dicatatkan di bursa, keputusan dirinya apakah saham itu mau dilepas atau tidak terkadang dengan melihat dulu perilaku bandar. “Kalau bandar lepas sahamnya, saya juga akan ikut. Kalau mereka tidak, ya saya tidak melepasnya juga,” katanya. Yang pasti, Andi melakukan seperti itu karena ia tidak ingin investasinya rugi. Namun, tak jarang ia tetap mempertahankan saham yang dibelinya itu sampai jangka panjang dan tidak terpengaruh perilaku para bandar.

Berbeda dari Andi yang sedang untung, Agus Soesanto malah mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan saat memburu saham perdana. Agus menceritakan, tahun lalu sebuah anak perusahaan BUMN akan IPO – ia tak bersedia menyebutkan nama perusahaan dan penjamin emisinya.

Pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami Agus adalah ketika akan mengambil formulir. Ia merasa upayanya mendapatkan formulir dipersulit. Padahal, orang yang antre untuk membeli saham tersebut tidak banyak alias sepi. Waktu itu, ia berencana membeli 200 lot, tetapi yang diberikan kepadanya hanya 1 lot, dengan alasan saham yang akan dijual sudah ludes. Namun anehnya, ketika masa penjatahan tahu-tahu saham pesanannya menjadi 11 lot tanpa pemberitahuan.

Yang menjadi tanda tanya bagi Agus adalah ketika masa penawaran, yang mengantre sedikit, tetapi ia merasa dipersulit. Padahal, ia juga tahu saat itu banyak bandar yang keluar-masuk ke tempat pendaftaran dengan membawa segepok formulir pemesanan pembelian saham. “Banyak kejanggalan saat proses IPO itu,” ujarnya mengungkap ketidakpuasannya.

Pengalaman tak menyenangkan juga pernah dialami Michael Kwantara, salah seorang investor yang kerap berburu saham di pasar perdana. Waktu itu, suatu perusahaan akan IPO. Pada masa penawaran, ia pun menyewa jasa joki dengan bayaran yang lumayan besar. “Eh, tahu-tahu IPO-nya tidak jadi. Ya saya rugilah karena sudah bayar joki,” ujarnya sambil terkekeh. Ia juga pernah mengalami, saat saham IPO pertama kali dicatatkan di bursa, harganya malah turun, sehingga ia pun rugi.

Menurut Michael, fenomena menyewa jasa joki ketika akan mengambil formulir adalah hal yang lumrah terjadi. Dan ini dilakukan investor agar mudah dalam memburu saham yang diinginkannya. Akan tetapi, tidak selamanya ia menggunakan jasa joki karena kadang ada juga perusahaan sekutiras yang menjadi penjamin emisi sebuah perusahaan yang akan IPO memberi jatah kepada investor yang sudah memiliki rekening efek. Artinya, investor ini akan ditawari terlebih dulu sebelum dibuka ke publik dan menjadi santapan para joki.

Namun, menurutnya, untuk tahun 2010, regulator akan memperketat masa penawaran saham dan melarang adanya praktik perjokian. “Saya sangat mendukung rencana regulator ini. Biar penjualan saham IPO menjadi tertib,” ujar Michel yang sudah 8 tahun bermain saham dan mengoleksi sejumlah saham.

Tahun lalu, lanjut Michael, perusahaan yang IPO tergolong sedikit karena memang bursa sedang kurang menarik. “Ini tidak seperti tahun 2008, bursa lebih bergairah dan perusahaan yang melakukan IPO lebih banyak,” ia mengungkapkan.

Apa yang diungkap Michel memang benar. BEI mencatat, nilai emisi pelepasan saham perdana di bursa pada 2009 hanya mencapai Rp 3,79 triliun, anjlok 84,45% dari tahun 2008 yang mencapai Rp 24,39 triliun. Tahun lalu, ada 8 perusahaan yang IPO, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) Rp 135,55 miliar, PT Trikomsel Oke Tbk. (TRIO) Rp 101,25 miliar, PT Batavia Prosperindo Finance Tbk. (BPFI) Rp 49,5 miliar, PT Inovisi Infracom Tbk. (INVS) Rp 40 miliar, PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) Rp 210,99 miliar, PT Metropolitan Kentjana Tbk. (MKPI) Rp 199,5 miliar, PT Katarina Utama Tbk. (RINA) Rp 33,6 miliar, dan PT BW Plantation Tbk. (BWPT) Rp 666,05 miliar.

Sementara untuk tahun 2010, BEI mencatat sedikitnya ada 14 perusahaan yang berencana IPO. Pihak BEI juga optimistis minat investor terhadap saham perdana tahun ini diperkirakan masih cukup tinggi. Investor masih akan terus memburu saham-saham baru yang akan diterbitkan pada tahun ini karena tidak ingin ketinggalan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, jumlah emiten di BEI saat ini dinilai masih kurang untuk membuat diversifikasi portofolio investor. Sehingga, otoritas bursa akan terus menambah jumlah emiten baru tahun 2010 dari target tahun ini sebanyak 15 emiten baru.

Untuk memburu saham perdana, investor harus tahu bagaimana proses sebuah perusahaan akan IPO. Biasanya perusahaan akan IPO melalui proses sebagai berikut, yaitu ada ekspose publik, masa penawaran awal (bookbuliding), masa penjatahan saham, masa pengembalian uang pemesan, distribusi saham secara elektronik, dan tanggal pencatatan di BEI.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membeli saham di pasar perdana, pertama, kenali perusahaan yang akan IPO. Setiap perusahaan akan memublikasikan prospektus singkat di beberapa surat kabar nasional sebelum IPO. Isinya seputar riwayat perusahaan, tujuan IPO, penggunaan dana hasil IPO, dan laporan keuangan perusahaan itu selama tiga tahun terakhir. Dari prospektus ini, bisa ketahuan rekam jejak serta prospek perusahaan itu. Kalau perlu, kenali lebih dalam ketika perusahaan tersebut melakukan ekspose publik.

Kedua, sepatutnya jangan membeli saham perusahaan yang akan menggunakan dana IPO untuk membayar utang. Pilihlah perusahaan yang memakai duit itu untuk membiayai rencana pengembangan usaha. Jadi, uang kita bisa berkembang. Ketiga, ketahui siapa dan bagaimana rekam jejak perusahaan penjamin emisi (underwriter) untuk perusahaan yang akan go public.

Keempat, lakukan pemesanan dan pembelian saham. Lalu, takarlah harga saham perdana mahal atau murah dengan menghitung price to earning ratio (PER) perusahaan tersebut. Di sinilah biasanya banyak joki dan bandar bergentayangan. Kelima, dapatkan diskon. Biasanya, perusahaan dan penjamin emisi selalu memberikan harga diskon saat IPO.
Keenam, jual atau simpan saat listing pertama di bursa. Biasanya, hampir semua saham IPO setelah dicatatkan di BEI akan mencetak kenaikan harga saham pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder. Jika si investor tipe agresif dan ingin untung lewat capital gain, maka ia bisa langsung jual.

Namun, jika si investor tergolong tipe konservatif dan memiliki horison investasi jangka panjang, bisa saja saham tersebut disimpan dan dilepas ketika harga sudah naik. Seperti saham Adaro, harganya sudah naik 100% hanya dalam waktu dua tahun. Andai saja Andi waktu itu tidak melepas sahamnya di hari pertama listing dan menyimpannya dua tahun ke depan, potensi keuntungan yang akan diraih akan jauh lebih besar dibanding Rp 300 ribu yang ia hasilkan waktu itu.

Riset: Dumaria Manurung

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.