Emirsyah Satar, Selalu Profesional dalam Setiap Pekerjaan

Emirsyah Satar tergolong eksekutif yang selalu bertengger di posisi puncak di setiap perusahaan yang dimasukinya. Sekarang, pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959, ini menjadi Presdir PT Garuda Indonesia. Berkat kepiawaiannya, maskapai penerbangan pelat merah itu mampu berkinerja mencorong.

Lalu, apa rahasia suksesnya sehingga selalu moncer dalam karier? “Yang terpenting adalah saya selalu berusaha bersikap dan bekerja secara profesional dalam setiap pekerjaan dan tugas yang saya lakukan,” kata lulusan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1985) ini. Tak lupa, dia juga selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi kesempatan terbaik kepadanya.

Emir selalu berupaya menikmati setiap pekerjaan dan tugas yang diembannya. Apa pun tanggung jawabnya, kinerja dan output-nya harus bagus. Dengan keseriusan itu, ide-ide baru, langkah-langkah terobosan baru dan inovasi akan keluar dengan sendirinya. Memang benar, kadangkala orang mengalami titik jenuh. Untuk mengatasinya, harus selalu mencari tantangan baru dan goal dalam bekerja.

“Saya memiliki moto yang selalu saya katakan kepada rekan-rekan saya, yaitu ‘good is not good when better is expected’. Jadi, Anda bisa saja mencapai suatu target dalam pekerjaan, tapi kita harus tetap ingat ‘good is not good when better is expected’,” kata mantan CEO Niaga Finance Co. Ltd. (Hong Kong) ini. Artinya, meskipun target telah tercapai, harapan orang lain adalah kita dapat mencapai sesuatu yang lebih bagus lagi. Dengan demikian, akan terpacu terus untuk melakukan hal baru.

Mengapa Emir menerima tawaran untuk pindah ke tempat-tempat baru? “Saya memang suka pekerjaan yang challenging dan ada kepuasan sendiri jika berhasil memperbaiki suatu perusahaan menjadi lebih baik,” ujarnya. Dia mengaku tidak begitu berambisi, misalnya untuk bekerja di perusahaan tertentu. Yang penting baginya, di mana pun dia bekerja, dirinya harus merasa enjoy serta bisa mencari ide-ide dan mengembangkannya di perusahaan itu.

Memang soal tantangan ini merupakan pertimbangan dirinya hengkang dari sebuah perusahaan. “Terus terang, saya sempat menolak ketika dulu ditawari posisi sebagai Direktur Keuangan Garuda. Tapi karena ketika itu Dirut Garuda Pak Robby Djohan menelepon saya dan menceritakan rencananya dan sebagainya, akhirnya saya menerima tawaran tersebut karena menurut saya rencananya make sense,” ujarnya mengenang.

Lima tahun menjadi Direktur Keuangan Garuda (1998-2003), dia kemudian hijrah ke Danamon sebagai wakil dirut. Ketika ditawari kembali untuk menjadi CEO Garuda, dia sempat menolak. “Tetapi saya pikir akhirnya, jika bukan kita sebagai orang Indonesia yang mau membereskan sebuah perusahaan negara, maka siapa lagi? Ditambah lagi kondisi Garuda saat itu memang menjadi suatu tantangan bagi saya,” tutur Emir memberi alasan. Saat ini, targetnya adalah memperbaiki Garuda, memastikan maskapai penerbangan ini bisa melakukan penawaran saham perdana (IPO), serta membangun sistem agar dapat berjalan dengan baik dan bisa berkembang, siapa pun dirut dan direksinya.

Gaji dan fasilitas yang ditawarkan kepadanya di tempat baru bermacam-macam. “Terus terang, ketika saya pindah dari Danamon ke Garuda Indonesia pada tahun 2005, pendapatan saya turun,” ungkap mantan Wakil Dirut Danamon ini. Berbeda saat dirinya pindah dari Citibank ke Grup Jan Darmadi, tawarannya cukup bagus, ada transfer fee dan sebagainya. Namun, saat dirinya pindah dari Bank Niaga ke Garuda, dia benar-benar tidak tahu akan digaji berapa. “Saya menanyakannya saja tidak. Tetapi saya cukup realistis, saat itu hidup saya sudah dapat dikatakan berkecukupan. Saya juga memiliki tabungan yang cukup, jadi untuk bergabung dengan Garuda, kenapa tidak,” ujar Presdir PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta, 1994-96 ini.

Yang pasti, agar karier bisa tetap di atas, harus profesional dan menjaga relationship dengan semua stakeholder secara baik. Bukan berarti harus melobi kiri-kanan. “Kami malu melobi kiri-kanan juga kalau perusahaan yang kami pimpin rugi terus, dan juga tidak akan ada gunanya,” ungkap Emir.

Dede Suryadi dan Kristiana Anissa

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.