Dr. Hendra Adidarma Dipl. Chemiker, Ahli Kimia Pengembang Cat Perawatan Kayu

Bagi kontraktor dan pekerja bangunan, Propan bukan nama asing lagi. Produsen cat perawatan kayu ini dikenal dengan merek-mereknya yang sangat ternama seperti Ultran dan Impra. Bahkan, kedua nama itu telah menjadi nama generik dan ngetop untuk menyebut cat perawatan kayu.

Adalah Dr. Hendra Adidarma Dipl. Chemiker pemilik sekaligus perintis PT Propan Raya ICC itu. Kini, Propan termasuk salah satu perusahaan cat terbesar di negeri ini, terutama di industri cat kayu, yang menguasai pasar sekitar 60%.

Kesuksesan Hendra membangun Propan bukan diperoleh secara instan. Awalnya, usai mengambil bidang studi Kimia di Fakultas Ilmu Kimia Universitas Padjajaran, Bandung (1966), yang dilanjutkan ke Chemiker of Faculty Technical Hoehschul Braunschweig, Jerman, Hendra sempat bimbang, kembali ke Indonesia atau tidak. Ia merasa akan sulit menerapkan ilmu yang dimilikinya itu di Tanah Air.

 

Kekhawatiran itu mendorongnya kembali bersekolah untuk memperdalam kemampuannya dengan mengambil S-2 di bidang kimia tekstil di Technical University Stuttgart, Jerman.  Pertimbangannya, saat itu, sekitar awal 1970-an, industri tekstil di negeri ini sedang maju pesat.

 

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Hendra sengaja membekali diri dengan mengikuti kursus pendidikan profesional. Di situ ia mempelajari fiberglass yang masih menjadi kategori baru di Indonesia. “Saya belajar membuat mebel dan barang furnitur dari fiberglass. Ini upaya untuk mengantisipasi kalau pulang tidak dapat kerja, saya mau buka usaha produksi fiberglass saja,” kata kelahiran Pemangkat, Kalimantan Barat, 1 September 1938, ini mengenang.

 

Setelah cukup menuntut ilmu di Jerman dan meraih titel Doktor Re Natura, barulah Hendra memutuskan kembali ke Indonesia. Tepatnya pada 18 September 1973, ia bertekad membangun bisnis sendiri. Namun, apa lacur, akibat Perak Teluk dan krisis Pertamina, riskan baginya memulai bisnis sendiri. Itu sebabnya, sebagai langkah awal ia yang baru saja menikah memilih bekerja di pabrik pembuatan sakarin dan kopi instan. “Saya mendapat tugas membuat central laboratorium dan menangani pabrik mereka. Tetapi, saya hanya tahan 1,5 tahun,” ucap pemilik nama asli Tjung Jam Sen ini.

 

Demi ilmu yang sudah didapatkannya, Hendra memutuskan keluar dan membangun usaha sendiri, yaitu perusahaan fiberglass yang ia rintis dari nol. “Saya produksi sendiri dan pasarkan sendiri. Pagi saya ke pasar, siangnya saya kembali ke pabrik,” kata suami Imelda N. Rimba, mantan pebasket nasional (atlet PON 1959) yang kini menjadi apoteker, ini.

 

Di bawah bendera PT Induro Fiberglass inilah Hendra memulai bisnisnya pertama kali. Dalam perjalananannya kemudian, tahun 1979, Hendra dikenalkan seorang teman kepada perusahaan yang membuat meja mesin jahit dan kabinet TV dari kayu yang banyak memerlukan cat kayu. Ia mendapat order dari sang teman sekaligus tantangan untuk menghasilkan cat yang lebih bagus daripada produk pemimpin pasar saat itu.

 

Gayung bersambut. Hendra serta-merta berpikir bagaimana mengembangkan atau menciptakan produk yang diinginkan pasar. Bersama seorang karyawannya yang sampai saat ini masih ikut dengannya, setiap hari ia bereksperimen di laboratorium mungilnya. Ia terus mencari formula untuk menghasilkan cat yang berkualitas. Paling tidak, sama seperti yang dipakai konsumen saat itu. Tentunya, dengan harga yang lebih murah.

 

Ia pun kemudian mendirikan pabrik kecil di Jalan Kyai Tapa 216, Grogol, Jakarta, dengan lab dan alat produksi yang sangat sederhana, serta 10 tenaga kerja. Inilah asal mula pabrik Propan berdiri. “Begitu sederhananya, sampai mengaduk bahan material dengan adukan (gilingan) tahu yang terbuat dari kayu. Kami tak punya mesin giling,” katanya.

 

Sejatinya mesin-mesin yang ia butuhkan itu ada, tetapi harus diimpor dari Jerman dengan harga selangit. Makanya, ia mencoba membuat mixer untuk bengkel. “Sekarang seluruh pabrik saya mesin mixer-nya kami buat sendiri. Bahkan, kami sudah memiliki pabriknya,” cerita Hendra yang saat pulang dari Jerman hanya membawa uang DM 4 ribu untuk membangun bisnis.

 

Di saat bisnisnya mulai menanjak, pabriknya yang di Kyai Tapa dilahap si jago merah. Ia pun memindahkan pabriknya ke daerah Jatake. Saat itu ia harus membagi waktu, mengembangkan produk sambil mengurus pemasaran dan distribusi. Ada enam orang yang membantu di lini produksi. Keenam orang ini secara bergantian menjadi koordinator. Pelan-pelan, ia memperluas lab dengan merekrut sejumlah lulusan jurusan kimia, dan pengetahuan mereka pun bertambah. Pelan-pelan ia membangun fasilitas lab untuk pengembangan produk & manajemen mutu yang dilengkapi dengan ISO 9001 dan ISO 14001 versi 2004.

 

Propan terus berkembang. Salah satunya karena pada 1985 pemerintah melarang ekspor rotan mentah sehingga saat itu banyak perusahaan mebel yang bermunculan. “Sebuah kesempatan besar untuk perusahaan saya untuk fokus pada cat kayu karena permintaan cat mebel luar biasa. Saya sudah persiapkan kondisi itu dari beberapa tahun sebelumnya,” ujar Hendra yang hingga kini menjabat Presiden Direktur Propan.

 

Kesempatan itu memang terbuka lebar karena kebanyakan perusahaan cat seperti Nippon Paint dan Dana Paint hanya memproduksi cat tembok. “Waktu itu saya yang paling siap di saat bahan cat kayu impor mahal sekali, “ ujarnya. Sehingga, makin banyak konsumen datang kepadanya. “Sistem finishing yang saya kembangkan mendapat sambutan yang luar biasa. Growth perusahaan bisa di atas 60% per tahun sampai tahun 1991,” lanjut ayah dua anak ini bangga.

 

Sejak saat itu, produk-produk cat kayu Propan memang mendominasi pasar. Hendra pun semakin rajin mengembangkan pasar. Selain cat kayu untuk kabinet TV, mebel kayu, rotan, lalu berkembang cat besi untuk sepeda; di samping cat untuk finishing (pelitur). “Kami menciptakan banyak aplikasi yang sangat berguna bagi konsumen,” ujar Hendra yang menyebutnya sebagai transfer teknologi.

 

Menurutnya, sukses Propan karena  ia mengelola dan memimpin sendiri Propan Raya. Sebagai tenaga ahli kimia, ia menjalankan fungsi pemasaran, keuangan sampai human resource department. “Saya sungguh menikmati proses sebagai pencipta sekaligus salesman,” ungkap Hendra tentang Propan yang kini memiliki 2.142 karyawan.

 

Ia pun membuat konsep perusahaan sejak awal sebagai An Integrated Paint Manufacturing and Marketing Company. Dalam arti, ada sinergi dan integrasi mulai dari bagian riset dan pengembangan produk (R&D), produksi, pengawasan kualitas, pemasaran, penjualan hingga distribusi. Dengan kapasitas produksi pabrik mencapai 40 ribu ton/tahun, Propan memiliki 18 kantor perwakilan, 27 titik distribusi , 23 Propan Service Center , 25 Paintshop, dan lebih dari 15 ribu titik gerai toko yang menjual produk Propan.

 

Imelda N. Rimba, sang istri, adalah saksi perjalanan Hendra mengembangkan bisnis. Ia mengenang bagaimana suaminya bereksplorasi dengan formula-formulanya untuk menghasilkan cat berkualitas yang saat itu banyak melakukan bencmark ke produk-produk cat Eropa.

 

Menurut Imelda yang juga Presiden Komisaris Propan, hingga sekarang Hendra masih rajin ke kantor dan turun tangan dalam kegiatan R&D. “Bapak lebih suka berinteraksi langsung karena ingin otaknya terus berpikir,” katanya. Bahkan bersama dirinya, selain telah memiliki PT Induro Fiberglass dan PT Alkindo Mitraraya, Hendra juga mendirikan Hendra Bionic Farm. Keduanya berkomitmen melestarikan alam dengan pertanian organik. Di akhir minggu mereka kerap menyambangi kebun mereka di Ciherang dan Cibodas, Puncak, Bogor. Semuanya dilakukan agar otak terus terasah dan mereka bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa dan negara.

 

Dede Suryadi dan Siti Ruslina

Riset: Armiadi Murdiansah

 

Spread the love

1 comment for “Dr. Hendra Adidarma Dipl. Chemiker, Ahli Kimia Pengembang Cat Perawatan Kayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.