Industri cat terus berkembang dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Frost & Sullivan, nilai industri cat nasional tahun 2010 sebesar US$ 1,102 miliar dengan volume 688.770 metrik ton. Angka ini naik dibandingkan 2009 yang sebesar US$ 992 juta dengan volume 637.750 metrik ton. Di 2011 ini, diperkirakan nilainya akan terus meningkat menjadi US$ 1,197 miliar dengan volume 748.004,22 metrik ton.
Bisnis cat yang terus tumbuh itu didorong oleh makin agresifnya para pemain bisnis ini. Seperti pada kategori cat dekoratif (decorative coating) yang terlihat agresif menggarap pasar adalah PT ICI Paint Indonesia yang memproduksi cat merek Dulux dan Catylac. Lalu, PT Nipsea Paint and Chemicals yang memproduksi merek cat Nippon, Vinilex, Q-Lux. Kedua perusahaan ini menguasai pangsa pasar kategori cat dekoratif lebi h dari 30%.
Sementara di kategori cat kayu (wood coating), pemain utamanya adalah PT Propan Raya ICC (Propan) yang memproduksi cat bermerek Propan dan Ultran. Perusahaan ini menguasai lebih dari 50% pada kategori cat kayu.
Lalu, untuk kategori cat otomotif (automotive OEM coating), penguasanya adalah PT Nipsea Paint and Chemicals (produsen Maziora) dan PT Kansai Paint Indonesia dengan produknya Alesco. Kedua perusahaan ini menguasai lebih dari 80% pada kategori ini.
Kris Rianto Adidarma, Dirketur Propan mengungkapkan, di kategori cat kayu dan lantai, Propan menguasai pasar, khususnya di segmen business to business (B2B). Kurang lebih 90% perusahaan farmasi di negeri ini menggunakan cat lantai. “Propan, spesialis cat yang mengambil segmen menengah ke atas. Cat kayu kami sudah bertahan lebih dari 30 tahun dan cat lantai sudah 20 tahunan,” tutur Kris Rianto.
Propan sudah eksis di bisnis cat kayu sejak 1979. Baru pada 1996, perusahaan ini masuk ke kategori produk cat dekoratif. Itu pun untuk segmen proyek, seperti pembangunan HardRock Hotel Bali, Sheraton Bali, Bvlgari Hotel dan beberapa tempat lainna di Bali. Selain itu, juga untuk pembangunan mal, hotel dan apartemen di beberapa wilayah di Indonesia. Di segmen proyek, Propan melempar cat dekoratif pertamanya seperti cat Decorflex, cat eksterior yang diklaim memiliki daya tahun 6 tahun dari pengaruh cuaca, sinar ultra violet dan terhindar dari bakteri dan jamur.
Kalau diperhatikan, pasar cat dekoratif untuk properti memang yang paling menjanjikan. Menurut data Forst and Sullivan, di Indonesia pertumbuhan pasar kategori ini cukup tinggi, dan kontribusinya mencapai 61% dari total nilai pasar cat Indonesia. Kondisi yang menggiurkan inilah yang membuat hampir semua pemain cat mencoba peruntungan di kategori ini.
Maka, tak heran Jotun pun agresif membesarkan pasarnya di kategori dekoratif. Bjorn Abraham Bache, Presdir PT Jotun Indonesia, menjelaskan, produknya secara resmi hadir di Indonesia sejak 1983 dengan masuk ke segmen pasar marine coating (cat kapal laut) dan saat ini menguasai pangsa pasar cukup besar, sekitar 30%. Selain itu, Jotun juga memasarkan cat kategori protective untuk industri.
Nah, untuk cat dekoratif, ia mengakui pangsa pasarnya masih sangat kecil dan masih terus bergerilya dengan serangkaian kegiatan pemasaran. Diakuinya, saat ini cat dekoratif Jotun masih di peringkat ketujuh. Namun, dalam 5 tahun ke depan, Abraham berharap produk cat dekoratifnya bisa menempati posisi top 3, bahkan masuk peringkat kedua dengan target penguasaan pasar 25%. “Targetnya dalam 5 tahun ke depan, komposisi nilai bisnis kami di kategori dekoratif menjadi 50%. Sementara, marine coating dan protective coating masing-masing akan memberikan kontribusi 25%,” katanya optimis.
Sengitnya persaingan di bisnis cat ini juga terasa di segmen cat premium . Victor Taslim, Area Sales Manager Jotun, memprediksikan, pasar cat premium di 2011 bakal terus naik sampai pada kisaran US$ 200 juta. Ini sejalan dengan naiknya pendapatan masyarakat, sehingga menginginkan cat yang berkualitas dan tahan lama.
Pemain cat premium yang sekarang ini sedang gencar adalah Dulux , Mowilex (PT Mowilex Indonesia), dan Jotun. Pemain besar sekelas Nippon juga mulai tertarik masuk ke kategori cat premium ini dengan menghadirkan cat Nippon Spot-less. “Kami berharap Jotun bisa masuk 3 besar dengan penguasaan pasar sekitar 25%,’ ia mengungkapkan. Yang pasti, bisnis cat ini makin semarak dan prospeknya makin cerah.
Dede Suryadi dan Siti Ruslina
