Kendati baru dua tahunan hadir di negeri ini, Shopee menyodok masuk lima besar e-commerce di Indonesia. Inovasi mobile-platform dan gencar melakukan edukasi pasar menjadi strategi jitunya.
Survei iPrice menyebutkan, dari segi trafik, Shopee masuk dalam lima besar e-commerce di Indonesia. Posisi Shopee ada di bawah Lazada, Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli. Namun, Shopee merupakan aplikasi belanja online yang paling banyak diunduh pada tahun lalu yang mencapai 25 juta orang. Sedangkan hingga Februari 2018 sudah mencapai 40 juta yang mengunduh aplikasi Shopee.
Shopee yang merupakan bagian dari Sea Company Singapura ini resmi hadir di Indonesia sejak 1 Desember 2015 atau sebulan setelah peluncuran shopee secara serentak di enam negara lainnya, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Taiwan.
Sejak pertama kali hadir di negeri ini, Shopee lebih fokus menggunakan mobile-platform (Apps) dalam membesut bisnis e-ecommerce, bukan melalui website seperti e-commerce yang sudah hadir lebih dulu. Tak heran, Shopee mengklaim sebagai mobile-platform pertama di Asia Tenggara. Pihak Shopee beralasan lebih fokus pada mobile-platform karena masa depan bisnis e-commerce ada pada mobile phone alias ponsel.
Jadi positioning Shopee adalah sebagai social commerce. Hal ini sejalan dengan posisi Indonesia sebagai salah satu negara terbesar pengguna media sosial (medsos) di dunia. Contohnya untuk Facebook (FB), Indonesia berada di posisi ketiga di dunia. Ini yang membuat perilaku orang Indonesia sangat gandrung dengan medsos dan tak bisa lepas dari ponsel dari mulai bangun hingga tidur lagi.
Itu sebabnya, aplikasi Shopee pun mengadopsi fitur-fitur yang ada dalam medsos seperti fitur follow, ada time line seperti FB, ada search dalam bentuk hastag, ada juga rekomendasi produk secara otomatis kepada pelanggan berdasarkan apa yang sering dicari dan disukainya di internet, fitur bintang untuk rekomendasi, live chat, dsbnya. “Banyak fitur medsos yang diadopsi ke dalam mobile commerce Shopee sehingga Shopee jadi beda. Itu yang membedakan kami dari sisi teknologi,” ujar Rezki Yanuar, Country Brand Manager Shopee Indonesia.
Kemudian, kondisi Indonesia pun berbeda dengan negara lainnya dilihat dari menjamurnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Hal ini membuat Shopee Indonesia menentukan strategi menggarap pasar pun berbeda dibandingkan dengan negara lainnya. Shopee Indonesia membuat divisi khusus di bawah seorang manajer marketing yang menangani bidang UKM. Hingga saat ini, sudah tercatat lebih dari 3,79 juta pelaku UKM yang memanfaatkan teknologi digital seperti e-commerce di negeri ini termasuk melalui Shopee.
Nah, para mitra UKM ini atau pihak Shopee menyebutnya sebagai seller yang secara berkesinambungan diberikan edukasi dalam program “Kampus Shopee”. Melalui aktivasi below the line (BTL) ini, para seller yang merupakan ujung tombak Shopee diberikan berbagai macam pelatihan bisnis seperti bagaimana cara jualan yang baik, cara menata produk dan penamaan produk yang bisa meningkatkan minat pembeli (buyer), cara memfoto produk yang menarik dengan ponsel, cara mengelola bisnis yang baik, dsb.
Jumlah Seller Shopee sekarang ini ada lebih dari 1,5 juta seller di 515 kota di Indonesia dan 1000 lebih merek yang masuk dalam Shopee Mall. Merek yang masuk dalam Shopee Mall adalah merek yang telah diseleksi sebelumnya sehingga lebih terjamin. Tidak hanya berasal dari merek-merek besar seperti Samsung namun juga ada merek-merek milik UKM yang sudah memenuhi syarat yang ditentukan. Contohnya, merek sepatu Isabel asal Bogor masuk dalam Shopee Mall karena sudah memiliki merek sendiri dan memiliki limit stok barang yang memadai jika ada permintaan.
Tahun ini, “Kampus Shopee” digelar di 30 kota sedangkan di 2017 baru di 13 kota. Dibilang berkesinambungan karena progam edukasi ini digelar tidak hanya sekali namun dilakukan secara terus menerus. Contohnya ketika di sebuah kota dibuat “Kampus Shopee” maka dikumpulkanlah para seller Shopee di kota tersebut. Lalu mereka diberikan kesempatan untuk membentuk komunitas sendiri. Kemudian dalam pertemuan kedua dan selanjutnya diberikan edukasi dengan tema-tema edukasi seperti sudah disinggung di atas. “Jadi dalam Kampus Shopee ini ada kurikulumnya yang diberikan secara berkelanjutan,” kata Rezki. Edukasi ini bisa dilakukan secara offline maupun online melalui Youtube.
Selain itu, Shopee juga meluncurkan wadah yang bernama “Kreasi Nusantara” sebagai dukungan bagi talenta dan produk-produk lokal asli Indonesia. Kreasi Nusantara adalah sebuah program yang didedikasikan untuk memamerkan rangkaian produk lokal Indonesia lintas kategori, seperti fesyen, makanan dan minuman, kecantikan dan perawatan, perlengkapan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Kreasi Nusantara sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Digital Energy of Asia, dan untuk menggerakan kemandirian digital UMKM sebagai tonggak pertumbuhan ekonomi nasional. Di dalam aplikasi Shopee, Kreasi Nusantara ini memiliki fitur tersendiri.
Tak hanya para seller yang digarap, namun para pembeli atau Shopee menyebutnya buyer juga dimanjakan. Menurut Rezki, apa yang dibutuhkan buyer sangat diperhatikan Shopee. Misalnya produk yang asli (original), ongkos kirim (ongkir) gratis, dan program promo yang menarik.
Selama ini, Shopee hampir setiap bulan menggelar promo. Contohnya pada Oktober 2017 melakukan promo belanja dengan hadiah mobil BMW X1. Lalu pada saat Shopee berulang tahun 1 Desember 2017 memberikan hadiah rumah senilai Rp 1,5 miliar. “Pemenang Rp 1,5 miliar ini adalah orang Lampung pedagang empek-empek,” ucapnya menginformasikan kalau pemenang program promo bisa siapa saja meskipun baru belanja di Shopee belum banyak. Kemudian pada Maret 2018 ini, Shopee tengah menggelar program promo “Mega Elektronics Sale”.
Nah yang menarik berdasarkan survei TheAsianParent, Shopee ini menjadi e-commerce yang dipilih oleh kaum hawa. TheAsianParent melakukan survei pada Desember 2017 terhadap lebih dari 1000 ibu di Indonesia yang berusia antara 20-40 tahun dengan pendapatan rumah tangga di atas Rp 3 juta. Sebanyak 98% ibu yang disurvei mengatakan mereka adalah pengambil keputusan utama untuk pembelian rumah tangga mereka.
Dari sekian banyak platform belanja online, Shopee menjadi pilihan utama para ibu (dipilih 73% responden), disusul oleh Tokopedia (54%), Lazada (51%), dan meski tidak dapat sepenuhnya masuk ke dalam kategori e-commerce, Instagram juga dijelajahi ibu-ibu untuk belanja online (50%).
Untuk promosi above the line (ATL), Shopee rajin beriklan melalui berbagai media seperti televisi commercial (TVC); bilboard; radio; iklan di motor ojek online, kereta api listrik, bus Trans Jakarta, dsb. Sedangkan melalui media cetak, Shopee jarang melakukannya. Diakui Rezki, TVC memiliki peran yang dominan untuk mendongkrak awareness Shopee sampai ke kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Dan memang di lapangan, Shopee tidak hanya menggarap kota-kota besar namun juga kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Itu sebabnya, Shopee sangat rajin berpromosi melalui TVC dengan menyuguhkan iklan yang mudah dicerna oleh berbagai kalangan. Pesan iklannya adalah “apa pun yang kamu cari/mau ada di Shopee”.
Yang juga gencar serta fokus dilakukan Shopee adalah menggarap media sosial (medsos) seperti FB, Twitter, Instagram (IG) dan Youtube. “Karakter setiap medsos berbeda-beda sehingga konten promosi yang dibuat pun setiap medsos berbeda-beda pula,” katanya. Selain itu, mengandeng para blogger dan vlogger juga kerap dilakukan Shopee. Terlebih para blogger dan vlogger ini banyak juga yang berjualan melalui Shopee.
Lalu bagaimana menarik keuntungan dari e-commerce ini? “Kami tidak menarik fee dari penjulan para seller kepada buyer,” cetusnya. Nah, keuntungan yang diraih Shopee adalah dari jualan iklan melalui fitur Iklanku di Shopee. Para seller bisa beriklan melalui Iklanku berdasarkan jumlah per klik dengan nilai rupiah tertentu. Semakin banyak nilai rupiah yang digelontorkan maka iklan produk si seller akan muncul di laman teratas shopee. “Ini sama dengan iklan di Google maka yang sering beriklan akan muncul di halaman teratas Goggle,” katanya membandingkan.
Berdasarkan data Shopee per 31 Desember 2017 bahwa Gross Merchandise Value (omset) seluruh Shopee di 7 negara, termasuk Indonesia mencapai US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 59 triliun. Dari angka tersebut, kontribusi Shopee Indonesia terhadap keseluruhan bisnis Shopee secara regional mencapai lebh dari 40% alias yang terbesar dari seluruh Shopee dibanding di 6 negara lainnya. “Transaksi terbesar kami sekitar 95% berasal dari aplikasi Shopee,” kata Rezki tanpa menyebut angka nominalnya. Saat ini selain melalui mobile aplikasi, Shopee juga sudah ada website-nya.
Sedangkan jumlah karyawannya mencapai 1500 orang. Masih berdasarkan survei iPrice Shopee merupakan e-commerce yang melalukan mass hiring besar-besaran dalam setahun. Berdasakan survei ini e-commerce yang memiliki jumlah karyawan lebih dari 1000 di kuartal 4/ 2017 adalah Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Shopee. Lebih rinci, di kuartal 1/2017, terdapat sekitar 270 karyawan Shopee yang terdaftar di LinkedIn. Namun di kuartal 4/2017 karyawan Shopee bertambah sekitar 945 orang dan sekarang mencapai 1500 orang.
Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute berpandangan kalau e-commerce di Indonesia sejak 2-3 tahun terakhir semakin tumbuh. Dan diprediksikan pada 2020 perputaran uanganya akan mencapai US$ 130 miliar dan akan menjadi e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Itu sebabnya tak mengherankan kalau pemain e-commerce di negeri ini tidak hanya berasal dari Indonesia tapi juga dari luar negeri seperti Shopee.
Menurut Heru, prospek bisnis e-commerce di Indonesia ke depan masih terbuka lebar. Tinggal bagaimana cara masing-masing e-commerce dalam menggarap pasar dengan mengusung berbagai nilai lebihnya. Seleksi alam pun akan berlaku dan hanya e-commece yang inovatif yang mampu menyuguhkan sesuai kebutuhan pelanggan.
———————————————————–
Boks :
Strategi Shopee Melejit di Bisnis e-Commerce
• Hadir pertama kali pada 1 Desember 2015 atau sebulan setelah peluncuran shopee secara serentak di 6 negara lainnya, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Taiwan.
• Sejak pertama kali hadir di negeri ini, Shopee lebih fokus menggunakan mobile-platform (Apps) dalam membesut bisnis e-ecommerce. Positioning Shopee adalah sebagai social commerce.
• Shopee fokus menggarap UKM dengan mendirikan divisi khusus.
• Shopee rajin memberikan edukasi untuk para seller program “Kampus Shopee” di 30 kota di 2018 dan 13 kota di 2017.
• Shopee meluncurkan “Kreasi Nusantara” untuk menampung merek asli Indonesia.
• Jumlah Seller Shopee lebih dari 1,5 juta seller di 515 kota di Indonesia dan 1000 lebih merek yang masuk dalam Shopee Mall.
• Shopee juga memanjakan buyer melalui ongkos kirim (ongkir) gratis, dan program promo berhadiah menarik.
• Untuk promosi above the line (ATL), Shopee rajin beriklan melalui televisi commercial (TVC); bilboard; radio; iklan di motor ojek online, kereta api listrik, bus Trans Jakarta, dsb. Sedangkan melalui media cetak, Shopee jarang melakukannya.
• Shopee juga fokus menggarap media sosial seperti FB, Twitter, Instagram (IG) dan Youtube.
• Per 31 Desember 2017, Gross Merchandise Value (omset) seluruh Shopee di 7 negara, termasuk Indonesia mencapai US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 59 triliun.
• Kinerja Shopee Indonesia menyumbang lebih dari 40% alias yang terbesar dari seluruh Shopee dibanding di 6 negara lainnya.
Dede Suryadi (IG & Twitter @ddsuryadi)
Riset: Hendi Pradika