Telur, Produk Unggulan Brebes & Blitar

Bila menyambangi Kabupaten Brebes, jangan lupa bawa telur asin sebagai oleh-oleh. Brebes memang dikenal sebagai Kota Telur Asin karena produksinya melimpah dan rasanya khas, tidak dimiliki daerah lain. Mengapa?

Menurut Nono Setyawan, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, meskipun bahan baku utamanya sama, yaitu telur itik, ada bahan baku lain yang tidak dimiliki daerah lain seperti tanah untuk proses pembuatan telur asin yang berasal dari daerah Pemali. Tanah ini mengandung rasa asin alami sehingga proses pembuatan telur asin bisa maksimal. Selain unsur tanahnya, makanan itik petelur seperti kepala udang dan azola, sejenis tumbuhan laut, bisa membuat warna kuning telur itik menjadi lebih menarik, kuning kemerah-merahan.

Dengan nilai lebih yang dimilikinya itu, budi daya itik di Brebes menjadi semakin berkembang. Jumlah kelompok tani yang terdaftar di Dinas Peternakan Brebes ada 30, masing-masing kelompok terdiri atas kurang-lebih 25 peternak. “Mereka rata-rata punya 500 ekor, yang paling besar bisa sampai 3.500 ekor,” kata Nono.

Semua itu merupakan peternak rakyat. Dinas Peternakan Brebes banyak membantu di bidang teknis, seperti menjelaskan teknologi pakan dan membina peternak agar lebih maju. Hasilnya, Brebes menjadi juara peternak itik tingkat nasional tahun 2004. Kabupaten ini juga akan mewakili Jawa Tengah di tingkat nasional tahun 2009. “Lomba diharapkan memberikan motivasi bagi peternak,” ujar Nono berharap.

Saat ini, total populasi itik di Brebes sekitar 800 ribu ekor. Dengan perkiraan jumlah itik produktif yang bertelur 600 ribu ekor dan 50% yang bertelur tiap hari, ada sekitar 300 ribu telur yang dihasilkan peternak. “Jumlah tersebut juga masih kurang untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk itu, dipasok dari daerah tetangga seperti Tegal dan Pemalang,” ungkap Nono. Daerah pemasaran telur itik ini meliputi kota-kota di Jawa Barat, Jakarta, Semarang, Surabaya, bahkan Malaysia. Nono mengatakan, data jumlah telur itik yang diekspor belum bisa dipantau karena penyalurannya lewat Cirebon.

Selain Brebes, Kabupaten Blitar juga penghasil telur. Hanya saja, berbeda dari Brebes yang terkenal dengan telur asinnya, Blitar lebih banyak memproduksi telur ayam. Diungkapkan Andi Mulya M.K., Staf Perencanaan dan Bina Program Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, jumlah populasi ayam petelur di Blitar rata-rata mencapai 15 juta ekor. Adapun jumlah itik di Ja-Tim hanya sekitar 10% dari jumlah ayam petelur di Blitar atau sekitar 1,5 juta ekor.

Diperkirakan dalam sehari, jumlah telur ayam yang dihasilkan mencapai 70% dari populasi ayam petelur tersebut, atau 10,5 juta butir telur. Blitar memang merupakan kota penghasil telur yang terbesar di Indonesia. Diakui Andi, Blitar memberikan kontribusi sekitar 70% terhadap produksi telur di Ja-Tim dan 30% terhadap produksi telur nasional.

Yang pasti, produk unggulan ini memberikan multiplier effect dalam penyerapan tenaga kerja, termasuk jasa angkutan. “Diasumsikan saja, 2 ribu ekor ayam pasti membutuhkan seorang tenaga kerja,” ujar Andi.

Demikian juga di Brebes, usaha ternak itik sangat membantu perekonomian wilayah ini. ”Semua peternak di wilayah ini adalah peternak rakyat sehingga tidak diwajibkan membuat izin-izin usaha sesuai dengan ketentuan,” kata Nono. Untuk bisa menjadi perusahaan peternakan, minimal harus miliki 10 ribu ekor itik.

Dikatakan Nono, berkembangnya peternakan itik ini sangat membantu pembangunan di Brebes. Setidaknya, banyak menciptakan lapangan kerja, sehingga masyarakat dapat menunaikan kewajibannya membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Dinas Peternakan menyumbang 3,8% dari total Produk Domestik Regional Bruto Brebes 2006. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes menyebutkan, PDRB tahun 2006 kabupaten ini sebesar Rp 4.551.196 juta.

Dede Suryadi, Kristiana Anissa, Moh. Husni Mubarak

Published on Majalah SWA, 22 Januari 2009

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.