Revitalisasi Taman Mini

April 2011 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merayakan ulang tahun. Di usianya yang ke-36, wahana wisata budaya seluas 150 hektare ini mulai terlihat menggeliat kembali, setelah beberapa waktu lalu mati suri.

Keberadaan TMII tidak lepas dari keluarga Cendana. Digagas oleh ibu negara Tien Soeharto tahun 1975, selanjutnya TMII berada di bawah Yayasan Harapan Kita. Maka, ketika rezim Orde Baru alias era Presiden Soeharto berakhir tahun 1998, TMII pun turut meredup. “Kami boleh dikatakan terpuruk karena pengunjung pun menghilang begitu saja,” ujar Ade F. Meyliala, Direktur Operasional TMII. Ia mengakui sejak saat itu pihaknya hanya bergantung ke yayasan.

Adalah Sugiono, Dirut TMII, yang pertama-tama melakukan pembenahan tahun 2004. Dibantu oleh Direktur Umum dan Direktur Operasional, TMII melakukan metamorfosa dengan membentuk manajemen baru yang lebih solid dengan tetap berada di bawah Yayasan Harapan Kita. “Minimal dua bulan sekali Board of Director melakukan rapat evaluasi dengan Yayasan,” ungkap Ade seraya menambahkan, Yayasan Harapan Kita dipimpin oleh Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut. “Selain Mbak Tutut, ada Mbak Titik, Pak Sigit,” lanjut kelahiran Payakumbuh 17 April 1970 itu.

 

Menurut Ade, TMII memang perlu perubahan dalam manajemen. Cara yang dilakukan saat itu bahwa struktur organisasi ada yang dirampingkan, ada juga yang dikembangkan tetapi tidak keluar dari visi dan misinya. Berkat perubahan yang dilakukan, pendapatan TMII mulai meningkat. Income kami lumayan dari sebelumnya yang minus terus,” ujar Ade. Ia menargetkan tahun 2015 upaya renovasi dan revitalisasi harus sudah beres. “Target kami sampai tahun 2015, semuanya harus rapi dan baru kembali.”

 

Revitalisasi TMII memang mutlak diperlukan. Pasalnya, masyarakat sekarang makin canggih dan berpengalaman. Mereka dengan mudahnya bisa membandingkan antara satu tempat dengan tempat lain, baik di dalam maupun luar negeri. Masyarakat kini semakin kritis, sehingga menjadi tantangan bagi TMII mewujudkan TMII sebagai theme park yang berbau budaya dan tetap menarik dikunjungi.

 

Guna menghindari kesan lawas, kini TMII juga meningkatkan sarana rekreasi dan bermain anak-anak sehingga orang datang tidak hanya melihat kebudayaan. Di antaranya telah direnovasi kolam renang Ambartirta. TMII juga memiliki Snow Bay hasil kerja sama dengan investor Korea. “Water park ini diminati, dalam satu bulan bisa puluhan ribu orang masuk ke Snow Bay,” lanjut Ade.

 

Kami memang menampilkan wahana yang sekarang sedang tren di kalangan masyarakat,” ucapnya. Wahana baru yang sedang dikembangkan adalah High Flight Balloon, balon besar yang bisa naik turun dan bisa ditumpangi sampai 30 orang. Itu mungkin yang pertama di Indonesia. Lalu, tahun ini pun akan membangun desa seni dan pusat kuliner Nusantara, serta menambah koleksi burung.

Wahana yang akan dibangun adalah Discovery World Indonesia, ditargetkan beroperasi pada 2013 di atas lahan 2 ha. Ini merupakan wahana bermain skala internasional dengan permainan hi-tech, audio visual ada semua di situ. Nilai investasi sebesar US$ 35 juta hasil kerja sama dengan investor lokal dan asing.

Dengan sejumlah pembenahan yang dilakukan, TMII berharap jumlah pengunjung akan terus meningkat. Saat ini rata-rata pengunjung 7 juta orang/tahun. Ke depan, jumlah tersebut harus meningkat setidaknya hampir dua kali lipat

Budi Sucipto, pengamat manajemen, mengatakan, pembenahan dan pengembangan wahana yang ada di TMII seharusnya tetap pada hakikat tujuan TMII dibangun. “TMII harus mempertahankan keunikan yang membuat kenapa orang harus datang ke sana. Jangan ikutan kayak Dufan, itu tidak benar. Ciptakanlah sesuatu yang cultural tapi fun untuk menarik pengunjung,” tukas pengamat manajemen ini memberi masukan.

Budi menuturkan, dalam pemeliharaan anjungan ada baiknya tidak hanya mengandalkan APBD dari masing-masing daerah. Di samping museum dan pertunjukan budaya, kuliner khas daerah dari setiap provinsi di Indonesia perlu pula ditampilkan di wahana budaya ini.

Selain itu, pergelaran pernikahan dari berbagai provinsi pun perlu digelar untuk lebih mengenalkan budaya kepada pengunjung. Keanekaragaman kuliner dan budaya ini bisa memudahkan para pengunjung terutama orang asing yang datang ke sana dan bisa terkesan dengan menemukan berbagai kekhasan daerah Indonesia.


Yang pasti hasil dari revitalisasi ini terlihat, karena tahun ini TMII menjadi nomine Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dan 2012 akan memperoleh penghargaannya.

 

 

Dede Suryadi dan Eka Merdekawati K.S.

 

Spread the love

2 comments for “Revitalisasi Taman Mini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.