Metropolitan Berbasis Perdagangan dan Jasa

Kota Semarang merupakan daerah industri perdagangan dan jasa. Sektor inilah yang cukup menonjol dan berkontribusi terbesar pada pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seperti pada 2009, PAD Kota Semarang mencapai Rp 305,61 miliar. Sumbangan sektor perdagangan dan jasa yang terbesar. Selebihnya berasal dari sektor pajak Rp 154,5 miliar, retribusi Rp 69,52 miliar. Sementara dari sektor Badan Usaha Milik Daerah menyumbang Rp 5,46 miliar dan dari pos sektor lainnya Rp 76,12 miliar.

Besarnya kontribusi sektor perdagangan dan jasa dijadikan visi Pemkot Semarang yang dipimpin oleh wali kota yang baru dilantik 19 Juli 2010, yakni Soemarmo Hadi Saputro dan Wakil Wali Kota Hendrar Prihadi. Visi itu tertuang dalam jargon: Semarang Kota Metropolitan yang Religius Berbasis Perdagangan dan Jasa.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Soemarmo membuat slogan: Waktunya Semarang Setara. Makna slogan ini, dijelaskan Seomarmo, Kota Semarang bisa setara dengan kota metropolitan seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Palembang. Dalam lima tahun ke depan, ia yakin Semarang bisa setara dengan sejumlah kota metropolitan tersebut. “Perlu komitmen dan dukungan dari masing-masing pihak,” ia menegaskan.

Pertumbuhan kota adalah salah satu yang ia genjot saat ini untuk mewujudkan visinya. “Kami harus bisa mencukupi fasilitas serta sarana yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tersebut,” ujarnya. Untuk daerah Semarang atas, misalnya, daerah itu memiliki potensi buah-buahan cukup besar. “Di tiga kecamatan: Mijen, Ngaliyan dan Gunungpati akan dikembangkan menjadi daerah penghasil buah,” ia mengungkapkan rencananya.

Pemkot Semarang pun sudah menjalin kerja sama dengan Japan Bank for International Cooperation berupa pemberian bantuan buat pengelolaan lahan kosong agar bisa ditanami tanaman buah. Ini termasuk bantuan teknis, pupuk dan sebagainya. Ke depan, akan didirikan sejumlah industri pengolahan makanan. Hal ini selain untuk meningkatkan produktivitas petani buah, juga sebagai pengoptimalan daerah tangkapan air. Soemarmo, dalam salah satu programnya memang hendak mewujudkan tata ruang dan wilayah yang berkelanjutan.

Ia juga punya sejumlah program utama untuk mewujudkan Waktunya Semarang Setara. Program itu, antara lain, berupa penanganan pengangguran dan kemiskinan untuk kehidupan masyarakat yang sejahtera, penanggulangan rob (banjir air laut) dan banjir; infrastruktur, serta mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan. Program lainnya, mewujudkan pemkot yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta mewujudkan kesetaraan gender.

Berkaitan dengan pancaprogram tersebut, Soemarmo tidak menerapkan 100 hari kerja. Pelaksanaan lebih bertumpu pada prioritas. Paling mendesak di Semarang adalah mengatasi rob dan banjir. Persoalan ini seakan membelenggu Semarang, khususnya bagian utara. Tak heran, sehari setelah pelantikan, Soemarmo langsung terjun ke lapangan untuk mengoptimalkan instrumen penanggulangan rob. Hasilnya, satu minggu setelah kepemimpinannya, daerah yang biasa terkena rob telah bebas.

“Infrastruktur adalah kunci utama pertumbuhan kota,” ia berujar. Sebagaimana diketahui, Semarang Utara merupakan salah satu daerah sibuk. Sebab, dengan adanya pelabuhan, Wali Kota Semarang itu juga mengaku telah berbicara dengan PT Pelindo – pengelola pelabuhan – buat berbagi tugas. Akses jalan menuju pelabuhan akan ditangani oleh Pemkot, sedangkan Pelindo mengurus area pelabuhan.

Lebih dari itu, Soemarmo juga menggagas pembangunan tanggul pantai guna mengatasi rob dan banjir dalam jangka panjang. “Saat ini kami masih melakukan penjajakan dengan investor asal Korea Selatan untuk mewujudkan proyek dam lepas pantai guna menanggulangi masalah rob dan banjir di Kota Semarang,” ungkapnya. Penjajakan itu meliputi kajian tentang kemungkinan realisasi proyek tersebut, agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya. Tahapannya, pada 2010 ini baru disurvei lebih dulu mengenai Amdal dan sebagainya, untuk dijadikan acuan dasar mungkin-tidaknya proyek direalisasi.

Untuk memanjakan investor, Pemkot Semarang telah memiliki one stop service. Layanan perizinan satu atap ini dinamakan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Semarang. “Kalau dulu perizinan harus terpisah-pisah, sekarang dipaketkan menjadi satu. Ini lebih efisien. Jika sebelumnya perlu waktu 6 bulan, sekarang dua bulan saja sudah selesai,” katanya bangga. Malah, Soemarmo menjanjikan reward bagi penanam modal yang mampu menyerap tenaga kerja. “Misalnya akan bangun pabrik, nanti akan dapat keringanan retribusi dan pajak daerah,” kata Soemarno. Sayang, ia enggan merinci lebih lanjut soal reward itu.

“Menarik investor juga harus memberikan kepastian hukum,” ia menegaskan. Makanya, Soemarmo mewanti-wanti jajarannya agar memperlakukan investor sebagai raja. “Kami berkomitmen memperlakukan investor sebagai raja, dan akan berikan jaminan hukum,” ia menambahkan.

Soemarmo mengaku akan terus mendorong pengusaha Semarang terus berkembang. Adapun Pemkot berkewajiban memasarkan kota dan produk-produknya. “Kami sering berpartisipasi dalam pameran, baik di dalam maupun luar negeri,” ia menuturkan. Tak itu saja, pihaknya terus menjajaki menarik event internasional ke Semarang. “Ada rencana FFI (Festival Film Indonesia – Red.) digelar di Semarang. Ini tentunya sangat baik bagi Semarang,” tutur Soemarmo. Apalagi, pihaknya pun hendak mengembangkan potensi industri pariwisata.

Sementara itu, Kukrit Wicaksono, pemilik Grup Suara Merdeka, terang-terangan menaruh harapan pada Soemarmo. Sebagai Wali Kota Semarang yang baru terpilih, Soemarmo diharapkan bisa membuka komunikasi dengan para pengusaha. “Beliau kan baru terpilih. Semoga bisa membuka komunikasi tanpa batas dengan pengusaha,” ujarnya serius. Lebih dari itu, Kukrit menambahkan, agar wali kota baru bisa mengostumisasi kebutuhan investor.

Sebagai pengusaha dirinya melihat belum ada keseriusan dalam pengembangan sektor investasi di Semarang. “Dulu, belum mendukung terwujudnya investasi-investasi baru di Semarang,” kata dia. Malah, Kukrit juga menyitir perizinan dengan konsep one stop service (OSS). Selama ini OSS di Pemkot Semarang masih jalan di tempat. “Belum ada gebrakan yang benar-benar different yang bisa dirasakan manfaatnya langsung oleh pelaku usaha,” lanjutnya tanpa merinci.

Setali tiga uang dengan infrastruktur yang ada. Menurut Kukrit, belum ada kemajuan berarti berkaitan dengan dukungan infrastruktur. “Barangkali di daerah pinggiran cukup baik. Untuk di pusat kota dibutuhkan keberanian lebih agar bisa extraordinary,” tuturnya. Walau begitu, Kukrit memberi acungan jempol pada Soemarmo yang berhasil mengatasi rob dan banjir di Semarang Utara. Persoalan yang tampaknya menahun ini bisa diatasi – untuk jangka pendek – selama satu minggu kepemimpinan Soemarmo. “Ini masalah lama yang ternyata bisa diselesaikan secara sederhana dengan mengaktifkan pompa-pompa yang ada,” kata Kukrit memuji.

Ke depan, Kukrit berharap agar Soemarmo benar-benar mewujudkan slogan Waktunya Semarang Setara. “Ini harus dimulai dengan penyamaan sudut pandang baik itu akademisi, budayawan, pengusaha dan stakeholder lainnya,” ujarnya memberi saran. Buat mencapai itu, Soemarmo harus siap tidak populer. Sebab, tidak semua pihak senang dengan kebijakan yang nantinya dibuat. “Wali kota baru harus siap tidak populer,” ia menegaskan. Selain itu, harus bisa bersinergi dengan segala lapisan masyarakat. Dengan itu semua, ia berharap visi yang dicanangkan bisa tercapai dengan mulus.

Dede Suryadi dan Sigit A. Nugroho

Riset: Dian Solihati

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.