Fajarindo Faliman Zipper: Menembus Mancanegara dengan Ritsleting

Bermula dari sebuah ruko berlantai tiga di daerah Pinangsia, Jakarta Barat, Muliamin sukses memasarkan produknya ke berbagai belahan dunia. Lewat bendera PT Fajarindo Faliman Zipper, Muliamin memproduksi ritsleting dan aksesori garmen dari hulu hingga hilir bermerek Amco Zip. Tahun 2008, ekspornya mencapai US$ 2,45 juta. Ini peningkatan yang luar biasa, yakni sebesar 271,47% dibanding tahun sebelumnya (US$ 659.342). Di tahun 2009, Fajarindo menjadi salah satu pemenang Primaniyarta Award untuk kategori Usaha Kecil Menengah.

Pertama kali ekspor ke Italia tahun 1994. Di tahun itu, Amco Zip juga diekspor ke Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya. Tahun 2000, barulah ekspornya menyebar karena produk Cina ikut membanjiri pasar Eropa. “Kami alihkan pasar ekspor ke Dubai, Iran, Mesir, Peru, India dan Turki. Apalagi, Eropa lebih banyak mengimpor barang jadi,” ujar Muliamin. Kemudian, ia juga memilih beberapa negara sebagai basis ekspor produk secara tidak langsung untuk negara lainnya. Seperti Peru untuk kawasan Amerika Selatan; Mesir untuk kawasan Afrika; Dubai dan Iran untuk kawasan Timur Tengah; dan Turki untuk kawasan Eropa. Muliamin menyebutkan, ekspor tidak langsung perusahaannya memiliki jangkauan lebih luas dibanding ekspor langsung.

Buat menembus pasar global, Fajarindo rajin mengikuti pameran baik nasional maupun internasional. Muliamin mengakui, awalnya pihaknya cukup konservatif dalam mengembangkan pasar ekspor. Namun, dorongan pemerintah yang gencar mengajak perusahaan lokal untuk merambah pasar global sejak tahun 2006, membuat pihaknya ikut gencar mencari pelanggan di luar negeri. Fajarindo juga membuat website sendiri guna mengembangkan jangkauan promosinya.

Muliamin sudah lama mengenal dunia ritsleting. Maklum, ayahnya adalah pedagang ritsleting di Medan. Sebagai pedagang, ayahnya membeli barang dari orang lain lalu menjualnya. Pekerjaan berdagang seperti itu ternyata tidak membuat dirinya tertarik. “Tangan kanan membeli lalu tangan kiri menjual. Di antara keduanya, baru pedagang mengambil untung. Tidak ada seninya,” ia berujar. Pemikiran ini mendorongnya untuk memproduksi ritsleting.

Bisnis ritsleting Muliamin dimulai setelah ia hijrah ke Jakarta tahun 1970-an. Di sebuah ruko berlantai tiga, ia membuka industri perakitan ritsleting. Ruko ini dilengkapi bengkel sendiri buat memproduksi ritsleting. Pada tahap awal, Muliamin membeli ritsleting semiproduk yang biasanya dijual ke pasar oleh perusahaan besar dengan ukuran panjang tertentu. Ritsleting ini kemudian dipotong-potong, lalu dipasang dan diberi merek sendiri. Di tahun 1979, Muliamin mendirikan pabrik di atas lahan seluas 10 ha di Jl. Daan Mogot Km 19 Jakarta.

Sebetulnya, sebelum tenar sebagai produsen ritsleting, Fajarindo lebih terkenal sebagai produsen benang bermerek Roda Terbang. Dulu, lambang perusahaannya juga bergambar sebuah roda yang memiliki sayap di kanan dan kirinya dengan merek Roda Terbang. Tidak hanya memproduksi benang, Fajarindo juga memproduksi berbagai aksesori garmen, seperti kancing, ritsleting dan kancing hak. “Waktu itu benang Roda Terbang sangat terkenal,” katanya mengenang. Namun kemudian, ia memfokuskan perusahaannya di industri pembuatan ritsleting. Logo perusahaan diubah menjadi gambar elang. “Elang memberi kesan gagah dan perkasa,” ungkap Muliamin. Pabrik ritsleting ini dibangun secara bertahap, mulai dari benang hingga menjadi eksportir ritsleting.

Kini, Fajarindo menawarkan lima produk, yaitu zipper (ritsleting), hook & loop fastener (magic tape), polyester webbing tape (aksesori garmen), dan kancing (snap button). Tentu saja, ritsleting merupakan produk unggulannya. Namun, di beberapa negara tertentu, ada produk lain yang lebih dominan. Misalnya di Turki, Muliamin menyebutkan, produk Fajarindo yang sangat laku adalah hook & loop fastener yang biasa dipasang di tas atau sepatu tidak bertali.

Fajarindo yang dulu hanyalah perusahaan perakitan, kini sudah bisa memproduksi semua aksesori garmen dari hulu hingga hilir. Ia memiliki 18 unit produksi dari hulu hingga hilir yang memanfaatkan 90% bahan baku lokal dan 100% karyawan Indonesia. Total karyawannya sekarang sekitar 700 orang. Inilah yang menjadi kelebihan Fajarndo, sehingga tidak terkejar oleh kompetitor lokal lainnya. Dengan memiliki industri yang kompleks, Fajarindo bisa memenangi kompetisi waktu. “Kalau perusahaan lain butuh tiga bulan untuk satu order, kami bisa menyelesaikannya dalam waktu tiga minggu. Delivery service kami selama ini juga 100% on time,” ujar Muliamin bangga.

Dengan kelebihan ini pula, Fajarindo bisa memberi kesempatan konsultasi kepada para pelanggannya. Konsultasi ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk memilih desain dan warna produk yang diorder. Pada akhirnya, Fajarindo bisa memproduksi ritsleting dan produk lainnya sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Poin ini juga membuatnya bisa memproduksi (khususnya ritsleting) dengan variasi yang sangat beragam. Bahkan, perusahaan ini berani menjanjikan garansi bagi kerusakan yang berasal dari kesalahan produksi. Sebab, “Kami memandang layanan kepada pelanggan merupakan hal yang sangat penting dalam memajukan perusahaan,” Muliamin menambahkan.

Berangkat dari usaha peningkatan layanan kepada pelanggan ini, Fajarindo terus meningkatkan kualitas produknya. Ia juga memiliki mesin penguji untuk menguji kekuatan ritsleting. Perusahaan menetapkan standar yang ketat bagi masing-masing kelas ritsletingnya. Perusahaan juga berusaha terus memenuhi syarat impor yang diterapkan berbagai negara. Muliamin mencontohkan, pasar Eropa mensyaratkan produk aksesori garmen yang masuk bebas nikel. Pasalnya, banyak pelanggan di Eropa yang alergi nikel. Maka, Fajarindo pun memenuhi persyaratan itu, seperti keberhasilannya mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001), OEKO-TEX Class I (jaminan produk ramah lingkungan dan aman untuk bayi), serta sederet sertifikat penghargaan lainnya. Selain itu, sudah memenuhi syarat American Standard Testing Method.

Hingga kini, untuk produk ritsleting Amco Zip, Fajarindo menyediakan 3.454 warna dan memiliki sekitar 850 desain slider. “Setiap bulan rata-rata kami membuat 10 desain baru,” katanya berpromosi. Dengan produk-produk ini, pertumbuhan penjualan ekspor Amco Zip terus tumbuh 20%-30% setiap tahun dalam tiga tahun terakhir. Tahun depan, Muliamin yakin angka ini terus meningkat karena banyak pasar baru yang tengah mereka jajaki seperti Brasil dan Argentina yang belakangan intensif menjalin komunikasi dengan pihaknya. Komposisi penjualan ekspor dan domestik Amco Zip adalah 40:60.

Tuty Cholid, salah seorang juri Primaniyarta 2009 di kategori UKM menilai, kehebatan Fajarindo terletak pada kemampuannya berkembang dari UKM menjadi perusahaan yang berhasil menembus pasar ekspor. Ditambah lagi, Fajarindo dengan merek Amco Zip tidak begitu saja masuk ke pasar global. Sebelumnya, standar kualitas dan desain produk Amco Zip sudah dikonsep dengan baik.

Desain Amco Zip sangat variatif. Maklum, Fajarindo memang melayani order spesial dari pembelinya. Order spesial itu memungkinkannya memproduksi ritsleting Amco Zip dengan berbagai variasi desain sesuai dengan keinginan pembeli. Sementara itu, dari segi kualitas, Tuty melihat Amco Zip memiliki beberapa grade variasi. Agar bisa memenuhi kualitas yang dibutuhkan, Tuty menyarankan Fajarindo mulai masuk ke dunia fashion. Dengan memasok produknya ke dunia fashion, aksesori dan interior, ia bisa mengembangkan kualitas produknya sesuai dengan kebutuhan dunia fashion. “Itu yang harus di-qualified-kan Amco Zip,” kata Tuty yang juga desainer fashion.

Tuty berharap, ke depan Fajarindo berhenti berperan sebagai UKM dan harus bisa menjadi perusahaan besar, bahkan sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing di negara lain. Sebab, Fajarindo dinilainya memiliki potensi untuk menjadi perusahaan besar. “Jangan jalan di tempat,” ujar Tuty mengingatkan.

Tuty menyarankan, Fajarindo sebaiknya membuat klaster-klaster tematis sebagai UKM binaan. Misalnya, UKM yang khusus membuat ritsleting pakaian berbahan wol atau sutra. Sebab, bahan-bahan itu tidak bisa begitu saja dipadukan dengan ritsleting biasa. “Bahan sutra yang lembut akan terganggu kalau dipasangkan dengan ritsleting biasa yang beserat kasar,” katanya memberi masukan. Klaster ini pula yang nanti diharapkan bisa memenuhi permintaan dalam jumlah kecil dari pasar dalam negeri, terutama UKM.

Ke depan, Muliamin bertekad akan terus meningkatkan kualitas pekerjanya melalui berbagai pelatihan di dalam dan luar negeri, serta terus mengembangkan talenta dan keterampilan SDM-nya. Pasalnya, kualitas pekerja sangat memengaruhi kualitas produk. “Kami melakukan peningkatan kualitas produk agar diterima di pasar. Kami ingin memiliki citra sebagai produk berkualitas,” ujarnya menegaskan. Muliamin pun berobsesi mengembangkan perusahaannya menjadi one stop shopping aksesori produk garmen.

Dede Suryadi dan Ahmad Yasir Saputra
Riset: Dumaria Manurung

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.